Bpk. H. Iwan S. dan Ibu Hj. Nuryati. Ya, mereka adalah pemilik sekaligus perintis dari Rumah Makan Nasi Uduk dan Ayam Goreng "Sederhana" H. Babe Saman.
Berikut adalah kesimpulan hasil pengamatan dan wawancara saya dengan kedua pasangan suami istri tersebut.
Biodata
Nama suami: Bapak H. Iwan S.
Nama isteri: Ibu Hj. Nuryati
Ttl suami: Jakarta, 21 November 1953
Ttl isteri: Jakarta, 30 May 1958
Agama: Islam
Pendidikan: SD
Nama anak:
1. Erwin
2. Darmawan
3. Ernita Irawan
4. Marisa Savena
Detail Usaha
Jenis Usaha: Usaha Kecil Menengah
Bentuk Usaha: Rumah Makan dan catering
Nama Usaha: Rumah Makan Nasi Uduk dan Ayam Goreng “Sederhana” H. Babe Saman
Lokasi Usaha: Jl. Joglo Raya no 1 Kembangan, Joglo, Jakarta Barat.
Waktu: 15.00- 24.00 WIB
Didirikan tahun: 1963
Menu yang disediakan:
· Ayam Goreng (dada, paha)
· Ati/ Ampela / usus/ jantung
· Kepala Ayam
· Udang
· Empal
· Babat/Iso/Paru
· Tahu/ tempe
· Petai
· Asinan/ Lalap
· Kerupuk/ Emping
· Soto Betawi
· Sop Iga
· Minuman, spt: es kelapa, es jeruk, soft drink, teh, kopi, air putih.
Pelayanan lain: Layanan Pesan antar (Catering) dengan harga Rp25.000/box yang terdiri dari ayam, tahu, tempe, soto babat, ati, paru, asinan. Minimal pesanan harus diatas 100 porsi dengan biaya kirim Rp 0,00 (sudah termasuk service).
Asumsi Pendapatan per bulan (hingga sekarang)
Modal awal 150.000
Biaya operasional total 43.400.000
Gaji karyawan @ 8 x800 6.400.000
Listrik 1.000.000
Telpon 500.000
Belanja ayam sayur 30.000.000
Belanja beras 1.000.000
Perawatan 500.000
Biaya tak terdug, spt penambahan peralatan 2.000.000
Transport 2.000.000
Omzet 2 jt/hari x 30 hari 60.000.000
Keuntungan bersih 25% dari omzet 16.600.000
Sejarah perkembangan usaha
Rumah Makan Nasi Uduk dan Ayam Goreng “Sederhana” H. Babe Saman merupakan cabang dari Rumah Makan Nasi Uduk dan Ayam Goreng “Babe Saman” Kebon Kacang yang didirikan oleh H. Babe Saman pada tahun 1963.
Rumah Makan Nasi Uduk dan Ayam Goreng “Sederhana” H. Babe Saman ini sendiri didirikan oleh sepasang suami istri, yaitu H. Iwan dan Hj. Nuryati sejak tahun 1989, yang dimana Ibu Hj. Nuryati sendiri adalah anak dari H. Babe Saman. Lokasinya bertempat di Jalan Joglo Raya no 1 Kembangan, Joglo, Jakarta Barat.
Sebelum membuka cabang di daerah joglo tersebut, mereka biasanya hanya membantu almarhum H. Babe Saman untuk mengelola rumah makan yang di kebon kacang. Karena merasa tertantang untuk menjalankan bisnisnya sendiri, pasangan suami istri ini pun membuka cabangnya di daerah Joglo, dengan perjuangan yang benar-benar dimulai dari nol. Sedangkan, rumah makan yang bercabang di kebon kacang pada akhirnya ditangani oleh adik dari Ibu Hj. Nuryati.
Modal awal mereka membuka cabang di Joglo hanyalah 150 ribu rupiah, yang sebenarnya hanya cukup untuk untuk membuat meja, bumbu, beras, dan peralatan masak. Sehingga sebagai langkah awal mereka hanya menggelar sebuah meja tanpa tenda di depan kompleks kontrakan mereka. Ayam yang mereka jual juga hanya 10 ekor per hari. Bahkan uang untuk membeli ayam tersebutpun mereka dapatkan dengan cara berhutang kepada orang tua mereka. Mereka meminjam ayam yang merupakan stok harian rumah makan cabang Kebon Kacang, sebanyak 10 ekor per hari, dengan kesepakatan untuk membayar tiap akhir minggu kepada orang tua mereka. Padahal kala itu, harga ayam per ekor masih 1500 rupiah.
Usaha yang telah dirintis selama 20 tahun ini (sejak tahun 1989) berawal dari bentuk yang sangat sederhana, yaitu meja kecil yang digelar di pinggir jalan, didepan kontrakan pasangan suami isteri ini. Jualan mereka, yang hanya 10 ekor per hari selalu habis dan menuai untung yang lumayan.
Pada tahun 1994, mereka berhasil membeli rumah kontrakan tersebut sehingga menjadi milik pribadi dan melalukan sedikit pemugaran, dengan tujuan agar lebih rapih dan besar, namun itupun masih sangat kecil. Usahanya pun, mereka kembangkan menjadi lebih besar sehingga seukuran warteg-warteg umumnya, persis didepan rumah baru mereka tersebut.
Disamping rumah makan tersebut, anak kedua mereka, Darmawan, mendirikan kios kecil-kecilan yang menjual HP, Voucher isi ulang, Casing HP, juga CD dan Kaset.
Usaha mereka terus berkembang, jarang sekali terlihat sepi pengunjung, keuntungan pun meningkat dan membuahkan hasil pada tahun 2003, keduapasangan tersebut berhasil menunaikan ibadah haji.
Pada tahun 2005, rumah makan mereka ini mengalami perkambangan lagi. Ukurannya semakin membesar. Yang tadinya hanya memakai satu kavling, saat itu meluas menjadi dua kavling. Kavling yang diambil untuk perluasan adalah kavling yang tadinya disewa oleh Darmawan untuk usaha kios HP-nya tersebut. Sementara itu, usaha Darmawan itu sendiri juga berkembang, dan berpindah ke Roxi Mas.
Pada tahun 2006, mereka berhasil merenovasi rumah pribadi mereka lagi, menjadi besar dan bertingkat. Selain itu, mereka pun berhasil sudah berhasil memiliki dua buah mobil dan dua buah sepeda motor.
Pada tahun 2008, usaha mereka mengalami perombakan lagi hingga menghabiskan dana 30 juta menjadi besar dan luas, serta sangat rapih, dengan tambahan kolam ikan juga. Musholla dan kamar mandi juga telah dibangun di rumah makan mereka. Selain itu, dapur baru yang luas juga telah mereka bangun bersisian dengan rumah makan.
Mereka juga meluaskan jasa pelayanan mereka dengan usaha catering, yang juga semakin lama semakin terkenal. Jasa catering mereka ini sering digunakan oleh pejabat-pejabat, baik untuk acara-acara pribadi, maupun organisasi, seperti acara PT. Pertamina, dan BUMN_BUMN lainnya.
Kini, tiap harinya mereka bisa meraup omzet sebesar 3-4 juta. Permintaan pelanggan yang terus berdatangan menuntut mereka untuk bias menjual 50 ekor ayam, 50 liter nasi uduk, dan 50 liter nasi putih per harinya. Maka volume belanjaan mereka tiap hari pastinya meningkat juga, yaitu sebesar 1 juta, terdiri ayam kampong, beras 2 karung per minggu (dengan harga 250.000 per karung).
Dari dulu hingga sekarang, mereka hanya memperkerjakan 8 orang karyawan. Namun, seiring dengan perkembangan, mereka telah kehilangan tiga orang karyawan, dengan alasan, telah menikah, telah memiliki anak di kampong, dll. Sekarang karyawan mereka hanya 5 orang dengan gaji sebesar 800-1 juta Rupiah. Karyawan mereka sedari dulu telah tinggal bersama-sama dengan mereka, dan sangat setia layaknya keluarga.
Mereka sendiri mengaku sungguh senang karena perkembangan-perkembangan yang terus terjadi. Tak disangka, mereka yang hanya lulusan SD ini, berhasil menhantar keempat anaknya hingga ke tingkat perguruan tinggi. Tiga anak pertamanya telah sarjana. Anak pertama adalah polisi, anak kedua wiraswasta, sedangkan anak ketiga telah bekerja sebagai sekretaris. Sementara, anak bungsu mereka, masih kuliah jurusan Hukum Universitas Trisakti. Mereka sekeluarga, beserta anak-anak, juga telah melunaskan segala pembayaran untuk Naik Haji di akhir tahun ini.
Saking suksesnya, mereka sekarang telah berhasil mendirikan kompleks rumah petak kontrakan, dan kini mereka juga telah meraup hasil yang sangat besar dari bisnis kontrakannya tersebut.
Media promosi
Mereka mengaku tidak menggunakan banyak media promosi. Selama ini, mereka lebih mengandalkan strategi promosi dari mulut ke mulut. Selain strategi tersebut, mereka mengaku juga sangat dibantu dengan adanya kartu nama, dan box makanan yang berlabelkan rumah makan mereka.
Prestasi
- Peran serta dalam kegiatan Festival Jajanan Bango tahun 2007 di Bandung
- Peran serta dalam kegiatan Festival Jajanan Bango tahun 2008 di Lapangan Banteng, Jakarta
- Peran serta dalam kegiatan Festival Jajanan Bango tahun 2008 di Bandung
- Peran serta dalam kegiatan Festival Jajanan Bango tahun 2008 di Surabaya
- Peran serta dalam kegiatan Festival Jajanan Bango tahun 2008 di Medan
- Peran serta dalam kegiatan Festival Jajanan Bango tahun 2008 di Senayan, Jakarta
- Peran serta dalam kegiatan Festival Jajanan Bango tahun 2009 di Senayan, Jakarta
- “Best Cheese Recipe Competition” dari Kraft, Jakarta, 16 Agustus 2008, di Senayan, Jakarta.
Kendala usaha awal:
- Ayam masih didapat dengan berhutang pada orang tua mereka
- Belum terkenal
- Susahnya cari modal untuk Perabot dan keperluan lain, karena tidak punya uang (mereka memulai semua dari nol dan dengan usaha sendiri)
Kendala sekarang:
- Banyaknya pesaing, yang mendirikan usaha serupa disekitar wilayah usaha mereka, dengan mengaku-ngaku sebagai saudara mereka, dan merupaka usaha percabangan dari “Babe Saman” juga.
- Banyaknya anggapan dan fitnah-fitnah dari pesaing, yang mengatakan bahwa mereka sering menggunakan cara-cara mistik, seperti dukun untuk menjadi sesukses ini.
Kunci sukses:
1. Memilih bahan baku yang segar, baik untuk ayam olahan dan sayuran segar.
2. Tidak pernah melakukan penyetokan bahan baku. Semua bahan baku harus habis digunakan dalam 1 hari. Bahan baku segar yang dihasilkan akan berbeda dengan bakhan baku yang disimpan dalam lemari pendingin.
3. Ketekunan. Mereka sesalu siap belanja pukul 6 pagi. Kepasar sukabumi di daerah pengunben dan pasar kebayoran lama Jakarta selatan.
4. Kekompakan. Mereka sebagai suami isteri dinilai benar benar terlihat sangat kompak dan selalu melaksanakan segala usaha berdua, mulai dari nol, hingga sesukses sekarang.
5. Bahan baku yang diracik sangat diperhatikan, sehingga Ke Khas-an rasa sangat dijaga. Untuk itu dalam pembuatannya kedua suami isteri tersebut masih turun langung dalam menjaga kualitasnya.
6. Motivasi dan rasa kekeluargaan yang selalu dipelihara dalam hubungan majikan dan karyawan. Mereka selalu memperlakukan karyawan seperti keluarga sendiri. Bahkan sekarang, untuk karyawan-karyawan telah dibangun rumah kecil, tepat diatas rumah makan tersebut.
7. Keramah tamahan dengan pelanggan. Ibu Nuryati suka menghampiri pelanggan yang datang ke rumah makan, hanya untuk bertanya “Apa Kabar” dan meminta kritik dan saran terhadap usahanya.
8. Kesabaran. Mereka mengaku selalu sabar menghadapi segala fitnahan dari orang , terutama pesaing. Mereka mengatakan, jika bisnis sedang tidak laku, mereka hanya menyiramakn air beras, dan membaca shalawat.
No comments:
Post a Comment