What's inside my head...

You were born an original. Don't die a copy.
-- John Mason

About Me

My photo
This one is an old blog of mine that i wont ever touch anymore. Please kindly visit my new blog: stashionery.wordpress.com thx all

Monday, October 12, 2009

F.X. Widayanto



CATATAN SINGKAT


PERJALANAN SEORANG PENGRAJIN KERAMIK, FX. WIDAYANTO

Garis besar usaha FX Widayanto

FX Widayanto adalah seorang pengusaha keramik ternama di Indonesia yang memulai merintis karirnya dari bawah. Ia adalah contoh pengusaha yang berani mengambil resiko untuk menantang arus (memilih keramik sebagai bidang yang ditekuni, padahal keramik pada waktu itu sangat tak dianggap), namun tetap bisa betahan dan tidak hanyut.

Ia memulai usahanya bersama sepupunya yang bermodal pada tahun 1983. Modal awal mereka pada waktu itu 10 juta rupiah. Pada saat itu, Widayanto mulai merasakan adanya kemajuan dan kesuksesan dari usahanya. Usahanya tersebut sempat melonjak di tahun 1990 dan 1993. Pada tahun 1990-1993, Widayanto mempublikasikan karya keramiknya ganesha-ganeshi dan patung Japanese wedding yang kemudian mendapat sorotan media yang kemudian memberikan perhatian kepada widayanto sehingga khalayak mulai mengenal sosoknya. Usaha widayanto mengalami pasang surut dalam keberhasilan dan sempat mengalami krisis yang dapat menyebabkannya gulung tikar. Kesulitan terbesar baginya adalah manajemen. Ia mengalami kesulitan dalam hal yang bersifat manajerial. Ia tidak terlalu lihai dalam hal mengatur produk-produknya dan juga usahanya. Kontrol pada staff sungguh buruk sehingga mengakibatklan keterpurukan manajerial. Solusi yang ia tempuh saat itu adalah dengan cara bekerja sama dengan perusahaan Jepang Kobayashi yang mewaralaba usahanya, membeli perusahaannya, memakai namanya, dan mengatur hal-hal yang bersifat manajerial.

Masa muda Widayanto
Pada waktu SMA, Widayanto adalah seorang murid yang tak memiliki banyak kepandaian. Nilai-nilainya pada pelajaran-pelajaran eksakta sangat rendah. Namun sedari dulu memang ia sangat menyukai seni, dan pelajaran seperti prakarya, dll. Maka itu, tahun 1974, pada waktu kuliah, ia nekad masuk fakultas Seni Rupa di ITB dengan jurusan: KERAMIK. Orang tuanya yang tergolong kolot sangat menentang jalan yang ia pilih tersebut. Karena pada jaman itu, pemikiriran kebanyak orang adalah KERAMIK=COBEK, jadi sarjana keramik = sarjana cobek. Namun ia tetap nekad dengan alas an bahwa itulah bidang yang ia suka dan ia juga yakin bahwa keramik punya sisi keindahan lain yang mungkin pada saat itu belum banyak disadari orang banyak. Ia berpendapat bahwa suatu hari nanti keramik akan menguasai kehidupan manusia. Dari mulai bangun pagi, kita menginjak ubin; lalu sarapan dengan piring dan gelas yang terbuat dari keramik, dll. Kala itu pun tidak banyak teman kuliahnya yang mengambil jurusan serupa, hanya dua (2) mahasiswa dalam satu angkatan, karena banyak yang beranggapan bahwa sulit hidup jika hanya menggantungkan hidup dari keramik. Kenyataan bahwa keramik tidak dianggap oleh orang banyak, tidak mematahkan semangat widayanto yang kemudian serius dan tekun dalam menjalani dunia keramik. Ia percaya ketekunan merupakan kunci dari kesuksesan yang ada.

Widayanto Kini
Setelah bekerja sama dengan perusahaan Jepang, usahanya semakin lama semakin membaik, karena ia sudah tidak perlu memikirkan dengan susah-susah persoalan manajerial. Ia hanya perlu focus pada karya-karya seninya.

Ia memiliki sebuah studio di daerah Setiabudi. Studio tersebut berupa sebuah rumah unik yang atapnya penuh dengan keramik-keramik kucing, yang terdiri dari rumah, kantor, dan galeri.

Studionya yang didepok ini ia beli pada tahun 1997 yang pada awalnya hanyalah tanah kosong yang hanya ditumbuhi ilalang dan sedikit pepohonan mengkudu, cempedak, dan duren. Ia membeli tempat ini dikarenakan oada waktu itu terdapat issue bahwa lokasi usahanya yang di Setiabudi (segitiga emas) akan digusur. Namun issue tersebut pada akhirnya tidak terbukti, karena tempat tersebut tak jadi digusur. Namun, studio di depok ini sudah terlanjur dibelinya. Kemudian dengan keseriusan widayanto membangun sedikit demi sedikit tempat tersebut dengan menanaminya dengan berbagai tanaman. Dengan lahan seluas 3700m2 ini, ia kemudian membangun studio, galeri, tempat pembelanjaan, pendopo, showroom, cottage dan restoran. Usaha tersebut dilakukan dengan tujuan agar nantinya baik widayanto ataupun para pelanggannya dapat datang dan menikmati suasananya dan mendapatkan kenyamanan berada di tempat itu.

Selain Depok dan Setiabudi, Widayanto juga memiliki pabrik pembuatan keramik massalnya di daerah Balaraja. Tangerang, toko di dareah panglima polim, dan juga studio di daerah tapos, yang sudah berjalan selama 20 tahun.

Kesulitan yang tetap dihadapi hingga kini adalah kendala dalam mempertahankan produk keramiknya agar tetap eksis dan tidak kalah dari competitor lainnya. Pesaing-pesaing tersebut datang dari dalam (bekas staff yang mendirikan usaha keramik sendiri) maupun dari luar (pengusaha keramik lain). Pada tahun 2000, untuk pertama kalinya Widayanto di khianati oleh bekas staffnya sendiri. yang lebih membuatnya terkejut adalag karya keramiknya diplagiat.

Jalan yang ia tempuh dalam mengatasi masalah-masalah yang bersifat kompetitif antara lain:
·         Mempertahankan kualitas produk dan terus berimprovisasi agar produk-produknya selalu bisa lebih sukses daripada pesaing-pesaingnya.
·         Selalu mengajar staff untuk berbuat baik. Widayanto mulai mendidik staffnya bagaimana menjadi pekerja yang baik dan berdedikasi karena staff yang baik nantinya akan menjadi asset yang jauh lebih bernilai dikemudian hari.
·         Melangkah 2-3 kali lebih didepan dari pasaing-pesaingnya, dalam hal visi misi, kesehatan usaha, produk, dll.
·         Selalu menjual bukan hanya produk namun juga nilai, seperti kenyamanan, suasana yang asri dan bersih, pelayanan, keramahtamahan, keunikan, dan gengsi pelanggan.
Widayanto kemudian mencoba terus menekuni bidan ini hingga ia dapat menemukan cirri khas dari dirinya yang kemudian dapat ia gunakan sebagai trademarknya. Strategy penjualan dari produk-produk widayanto tidak hanya mengandalkan dari segi materi atau uang. Namun menekankan kualitas, informasi, dan promosi. Widayanto melakukan segala kegiatannya dengan memadukan unsure seni dan usaha yang dijalankan secara selaras. Dalam penentuan harga produknya widayanto dapat dicermati tidak hanya dari bahan dan pembauatannya namun juga dilengkasi nilai-nilai emosional dan sentimental dalam seni.

Widayanto berupaya dalam pembuatan karyanya, dia ingin membuat sesuatu yang biasa, lumrah dan akrab dimasyarakat dapat dibuatnya menjadi suatu karya seni yang berbeda dan memiliki keindahan tersendiri. Keunikan yang dimiliki dari keramik-keramik buatan widayanto sendiri adalah dimana setiap keramik diberikan sentuhan seni dan keindahan yang menjadikan kermaik tersebut memiliki nilai tambah. Bagi Widayanto, prioritasnya adalah kenyamanan dan keindahan.

Sekarang Widayanto yang telah membuktikan bahwa ia adalah seorang pengrajin keramik ternama yang sukses. Namun ketika ditanya, sudah puas kan Ia dengan perkembangan usahanya kini? Jawabannya adalah belum, Karena baginya kepuasaan = membuat + mempertahankan + mewariskan. Ia pribadi belum merasa puas dengan usahanya karena fase ketiga yakni “mewariskan” belum terpenuhi. Ia belum mempunyai seseorang untuk mewariskan dan meneruskan usahanya tersebut.
Widayanto nantinya ingin agar nama dan cirri khas dari keramiknya tetap ada dan eksis hingga hari kedepannya nanti. Dari situ widayanto berupaya melatih dan membekali para pegawainya agar dapat meneruskan nama besarnya.

No comments:

Post a Comment

Followers